HARI kedua ekspedisi gunung Sumbing 3.371 Meter Dari Permukaan Laut (MDPL) pun berlanjut, Sabtu (11/3/2023). Waktu menunjukkan pukul 06.20 WIB, tampak sunrise yang cerah kemerahan terang muncul tepat di samping pucuk gunung Merbabu yang berdiri megah dari kejauhan.
Masih dengan cuaca yang sama, namun lebih dingin dari sore dan malam, hampir mencapai 5 derajat. Bibir dan tubuh bergetar sesekali nafas dan mulut mengeluarkan asap seperti orang sedang menghisap rokok.
“Dinginnya polll, saya memilih untuk menarik lagi sleeping bag (SB) dan bersembunyi di dalam SB ketimbang bertahan lama di luar tenda,” kata Xavier.
“Ayo bangun, ngopi dulu. Persiapan summit,” teriak pak Bambang dari luar tenda.
“Santai pak, enggak lari juga itu puncak sumbing,” sahut Sandi dari tenda sebelah.
Setelah memantapkan diri untuk keluar dari zona nyamannya sleeping bag, kami pun bergegas prepare untuk sarapan dan ngopi sebelum melanjutkan perjalan menuju puncak sejati gunung sumbing.
Perjalanan menuju puncak pun dimulai, waktu menunjukan 06.30 WIB. Setelah dimanjakan track sebelumnya (1-3), track menuju pos 4 inilah yang terkenal sadis. Dengan kemiringan track sedikit meningkat, lebih kurang mencapai 80 derajat. Medannya berupa tanah, vegetasi dan terbuka, jalanan didominasi oleh semak belukar, namun jalur masih bisa terlihat dengan jelas.
Disarankan, jangan terburu-buru di jalur ini, karena pemandangan di sepanjang perjalanan, sangat layak untuk dinikmati dan sayang untuk dilewatkan. Perjalanan menuju pos 4 ini, akan menghabiskan waktu sekitar 2 jam. Sesampainya di pos 4, kamu akan menemui sebidang tanah yang cukup untuk 4 – 7 tenda saja.
Meskipun area tanahnya sedikit miring, namun tidak sedikit para pendaki yang mendirikan tenda di pos 4. Sebab, pemandangannya sangat menarik, berupa gunung Merapi dan gunung Merbabu yang bersandingan tepat di depan mata memandang, kalau cuaca bagus loh ya, hehehe.
Namun perlu diingat, vegetasi di pos 4 sangat terbuka, angin yang berhembus sangat kencang. Jadi, jagalah barang bawaanmu yang mudah tertiup angin. Khusus untuk kaum hawa, jagalah perasaanmu yang mudah terbang akibat manisnya janji lelaki.
“Alhamdulillah, sampai di pos 4. Dengan waktu normal 2 jam 7 menit,” ucap syukur Xavier.
Karena track dari pos 3 ke 4 dan pos 4 ke puncak cukup jauh dan ekstrim. Dibutuhkan fisik yang fit dan fokus yang tinggi, karena jika salah melangkah jurang kematian menantimu. Jadi pastikan perbekalan minum dan makanan ringan yang cukup.
Saat melakukan summit ke puncak, sebaiknya hanya membawa barang-barang yang dibutuhkan saja, sedangkan barang-barang berat seperti carrier, tenda dll, bisa disimpan di tempat camp.
Kami pun melanjutkan perjalan dari pos 4 menuju target, yah puncak sejati. Namun disinilah tantangan track yang sebenarnya. Kemiringan jalur hampir mencapai 90 derajat. Bisa dibayangkan, jalan yang terjal hampir menyentuh hidung. Sesekali melihat kebelakang untuk memastikan tiga anggota lainnya tetap berada di jalur yang aman.
“Gila bro, salah melangkah ajal menanti, kata Sandi yang tidak jauh di bawah saya.
Meskipun pelan tapi pasti, langkah demi langkah pun dilalui. Tampak dua rombongan yang lebih dulu summit dari kami melintas dari kejauhan. Semakin dekat dan berpapasan dengan kami.
Xavier : Rame di puncak mas ?
Pendaki lain : cuma ada satu rombongan dari Jakarta di atas mas.
Pemandangan di jalur Gunung Sumbing yang sayang dilewatkan. (Foto/ist)Kami pun terus melanjutkan perjalanan. Setelah memakan waktu 2 jam, akhirnya kami pun sampai di bawah puncak sejati. Kira-kira tinggal 20 meter lagi sampai puncak. namun para pendaki pasti melewati dua batu besar yang menyerupai pintu gerbang.
Konon menurut cerita, dua batu besar tersebut dianggap sebagai pintu gerbang menuju kawah belerang di balik gunung Sumbing dan sebagai pintu gerbang menuju petilasan atau makam Ki Ageng Makukuhan. Menurut cerita, Ki Ageng Makukuhan merupakan murid dari Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga yang dimakamkan di puncak Gunung Sumbing.
Sejatinya, Ki Ageng Makukuhan merupakan etnis Tionghoa yang memiliki nama asli Mo Kou Kwan. Dalam menyebarkan ajaran Islam, ia memiliki metode pendekatan pertanian pada masyarakat. Hasilnya, warga yang saat itu memeluk beberapa kepercayaan akhirnya bersedia berpindah menjadi seorang mualaf. Semasa hidupnya, ia juga dijuluki dengan nama Sunan Kedu. Dia memiliki jasa besar dalam syiar Islam di sekitar Kedu dan lereng Gunung Sumbing.
Namun untuk menuju ke petilasan tersebut, harus menyiapkan waktu sekira 4 jam. Sebab, posisi petilasan berada di balik bawah puncak gunung sumbing.
Tepat pukul 10.55 WIB, akhirnya kami dapat mencumbu puncak tertinggi gunung sumbing. Dengan cuaca cerah dan hamparan laut awan sepanjang mata memandang, membayarkan semua niat, kerja keras, perjuangan dan kesabaran yang kami lalui. Mulai dari Balikpapan hingga berada di puncak gunung tertinggi ke-3 di pulau Jawa ini.
Terima kasih Tuhan, engkau masih memberi kesempatan kami untuk menikmati dan mensyukuri anugerah terindah ciptaanmu. Namun sejatinya, mendaki gunung bukan menjadi ajang untuk pamer dan keren-kerenan karena telah mampu menaklukkan puncaknya. Tapi dari pendakian justru banyak pengalaman hidup berharga yang dapat diambil hikmahnya. Mulai dari melatih kesabaran, menghilangkan kesombongan diri dan memperbanyak silaturahmi kepada sesama manusia maupun alam.
Seperti, kata-kata bijak mengatakan ;
“Kaki yang akan melangkah lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang memandang lebih lama dari biasanya, tekad setebal baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya serta mulut yang selalu berdoa lebih lama dari biasanya”.
Kesimpulannya, saat kami berdiri di puncak gunung ini, manusia yang berada di bawah sangat kecil bahkan tidak tampak dari mata, jadi sebagai manusia tak ada yang perlu di sombongkan di dunia ini. Begitu juga di atas tempat saya berdiri, masih ada langit yang jauh lebih tinggi dari saya. Semua itu adalah milik Allah SWT semata. Pemilik jaga raya serta isinya. Selesai (*/Xav/San-habis)