Insightkaltim.com, Penajam,– Alun-alun Penyembolum Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) pada Sabtu malam berubah menjadi lautan manusia. Ribuan warga tumpah ruah menyaksikan Pagelaran Seni dan Budaya Sang Askarya, sebuah hajatan yang bukan hanya menawarkan hiburan, tetapi juga menjadi ajang ekspresi, kebanggaan, dan penggerak ekonomi masyarakat.
Acara ini resmi dibuka Bupati PPU, H. Mudyat Noor, dengan pemukulan petep sebagai tanda dimulainya pertunjukan. Sejumlah tokoh hadir, mulai dari Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian, Wakil Bupati Abdul Waris Muin, jajaran Forkopimda, pimpinan DPRD, hingga perwakilan Otorita IKN.
Dalam sambutannya, Bupati Mudyat menekankan bahwa seni dan budaya adalah fondasi karakter sekaligus perekat persaudaraan masyarakat.
“Seni adalah cermin peradaban. Lewat karya budaya, kita bukan hanya menjaga warisan, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga sebagai orang PPU,” ujarnya.
Bupati juga memastikan komitmen pemerintah daerah mendukung para pelaku seni, termasuk melalui beasiswa untuk anak muda yang ingin mendalami bidang seni dan budaya.
“Kita ingin generasi PPU tumbuh berkarakter, tangguh, sekaligus bangga pada budayanya,” tambahnya.
Sementara itu, Hetifah Sjaifudian memberikan apresiasi atas kreativitas seniman muda PPU yang dinilainya mampu menembus panggung nasional bahkan berpotensi ke kancah internasional.
“Apa yang kita saksikan malam ini menunjukkan budaya bukan sekadar warisan, tapi juga aset yang bisa menyejahterakan masyarakat jika dikelola dengan baik,” ungkapnya.
Dengan mengusung tema “Lahirnya Karya dalam Arus Zaman”, panggung Sang Askarya menampilkan 100 penari hasil audisi, paduan musik tradisi dan modern, hingga atraksi seni khas lokal yang dikemas kreatif. Selain pertunjukan, acara juga diramaikan pameran UMKM yang ikut menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
Ketua Panitia, Nur Diana Amiati, menyebut kegiatan ini sebagai ruang ekspresi generasi muda PPU sekaligus peneguhan identitas budaya daerah.
“Kami berharap pagelaran ini bisa menjadi agenda tahunan, sekaligus ruang kolaborasi antara seniman, pemerintah, dan masyarakat,” ujarnya.
Antusiasme masyarakat terlihat jelas: alun-alun penuh hingga acara usai. Bupati Mudyat menutup dengan harapan agar panggung seni semacam ini terus berlanjut dan mendapat dukungan luas dari berbagai pihak.
“Ini bukan hanya hiburan. Seni dan budaya harus kita rawat, karena di dalamnya ada identitas dan kekuatan ekonomi rakyat,” pungkasnya.
Malam Sang Askarya pun menjadi saksi bahwa denyut seni dan budaya di PPU tidak sekadar dipertahankan, tetapi terus tumbuh sebagai warisan yang hidup, relevan, dan membentuk masa depan daerah.(din)
 
			 
		    
 
                                



