Insightkaltim.com, Balikpapan, 18 Mei 2024 Sabtu sore menjadi momen penuh haru bagi Purnawirawan Polri, Made Suyasa.
Beberapa organisasi Hindu di Balikpapan, termasuk Puskor Hindunesia Kaltim dan Prajaniti, serta beberapa warga Hindu setempat, melaksanakan kegiatan sosial dengan mengunjungi rumah beliau di Jalan Telagasari 3, RT 40, Kelurahan Telaga Sari, Kecamatan Balikpapan Kota.
Made Suyasa, yang lahir di Tabanan, Bali pada 15 Desember 1956, saat ini tengah berjuang melawan gangguan kesehatan serius berupa stroke. Dalam kondisi yang memprihatinkan ini, beliau tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk bekerja untuk menafkahi keluarganya. Beliau tinggal bersama istri dan seorang anak perempuannya yang masih duduk di bangku SMA.
Dipimpin Ketua Puskor Hindunesia Kaltim, AKBP Purn. I Nyoman Buda, S.H., yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Kesra PHDI Provinsi Kaltim, rombongan ini terdiri dari Pinandita AKBP Purn. Ida Bagus Reka, Pemangku I Ketut Wirata, dan beberapa pengurus Prajaniti serta umat Hindu lainnya.
Mereka hadir untuk melihat kondisi Bapak Made Suyasa sekaligus memberikan bantuan berupa dana, sembako, dan menggelar Santi Puja (doa bersama) demi kesembuhan beliau.
“Ini adalah bagian dari komitmen kami untuk terus melakukan kegiatan sosial kemanusiaan yang nyata, tidak hanya untuk mereka yang sakit, tetapi juga untuk warga yang terkena bencana, seperti kebakaran di Kutai Timur dan Balikpapan, serta membantu warga kurang beruntung di Samarinda,” ujar Nyoman Buda.
Dalam kegiatan ini, total dana yang terkumpul sebanyak Rp. 2.050.000 berasal dari iuran sukarela warga yang ikut serta dalam kunjungan ini. Bantuan ini diberikan sebagai wujud nyata dari ajaran Kitab Suci Agama Hindu Sarasamuscaya Sloka 252 yang menekankan pentingnya menggembirakan hati mereka yang menderita, sakit, atau mengalami kesusahan.
“Macam-macam orang yang harus digembirakan hatinya ialah orang yang letih lesu, orang yang berpenyakitan, orang yang hina dina dan miskin, orang yang ketakutan, orang yang kelaparan, orang yang sakit, serta menderita kesengsaraan, orang yang diambil kepunyaannya, dirampas, dirampok, yaitu orang yang ditimpa segala macam kehilangan, orang yang mengalami kedukaan dan kesedihan hati,” demikian bunyi Sarasamuscaya Sloka 252, yang menjadi pedoman bagi kegiatan sosial ini.
Kegiatan ini menjadi bukti nyata solidaritas dan kepedulian umat Hindu di Balikpapan terhadap sesama, serta mendorong semangat gotong royong dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Om Swastyastu. (din/)





